Monday, June 24, 2013

belajar dari nehemia

Belajar Dua Hal dari Nehemia
Nehemia 2 : 7 - 8 — “ Berkatalah aku kepada raja:
"Jika raja menganggap baik, berikanlah aku surat-
surat bagi bupati-bupati di daerah seberang sungai
Efrat, supaya mereka memperbolehkan aku lalu
sampai aku tiba di Yehuda. Pula sepucuk surat
bagi Asaf, pengawas taman raja, supaya dia
memberikan aku kayu untuk memasang balok-
balok pada pintu-pintu gerbang di benteng bait
suci, untuk tembok kota dan untuk rumah yang
akan kudiami." Dan raja mengabulkan
permintaanku itu, karena tangan ALLAHku yang
murah melindungi aku.”
Haruskah kita malu meminta tolong kepada orang
lain ? Ada banyak orang yang lebih
mengedepankan gengsi ketimbang mengakui bahwa
mereka adalah mahluk sosial yang tidak bisa
hidup sendiri dan tetap membutuhkan orang lain.
Minta tolong kepada orang lain sebenarnya adalah
hal yang lumrah, tentu saja jika dalam porsi
wajar, bukan karena ingin memanfaatkan dan
bukan karena kita malas. Selalu saja ada waktu-
waktu kita butuh uluran tangan atau bantuan dari
orang lain, dan tidak ada salahnya kita sampaikan.
Ingatlah bahwa TUHAN bisa memakai tangan
orang lain untuk memberkati anak-anak-NYA.
Mengenai hal ini kita bisa belajar dari Nehemia.
Nehemia adalah satu dari sekelompok orang
Yehuda yang kembali dari pembuangan di Babel
seperti yang bisa dibaca dalam Ezra 2 : 2.
Nehemia hidup pada masa ketika Yehuda menjadi
bagian dari Persia. Nehemia punya jabatan dengan
posisi yang cukup baik, yaitu sebagai juru
minuman raja. Jabatan ini memungkinkannya untuk
memiliki hubungan yang relatif cukup dekat
dengan sang raja Persia waktu itu bernama
Artahsasta.
Suatu hari ia mendengar berita mengenaskan
mengenai keadaan orang-orang sebangsanya yang
telah kembali dari pembuangan. Sementara ia
cukup karena punya jabatan terpandang, ternyata
saudara-saudara sebangsanya justru menderita
dalam kesengsaraan berat. "Kata mereka
kepadaku: "Orang-orang yang masih tinggal di
daerah sana, yang terhindar dari penawanan, ada
dalam kesukaran besar dan dalam keadaan tercela.
Tembok Yerusalem telah terbongkar dan pintu-
pintu gerbangnya telah terbakar." Nehemia 1 : 3
Bagaimana reaksi Nehemia mendengar tentang
kemalangan yang diderita bangsanya ? Nehemia
menangis dan berkabung berhari-hari. Bukankah
Nehemia bisa saja tidak peduli, karena dia
sebenarnya sudah aman dan hidup berkecukupan ?
Tentu bisa, tapi Nehemia tidak bersikap demikian.
Nehemia merasakan kepedihan yang dirasakan
bangsanya.
Menyikapi rasa pedih di hatinya akan bangsanya,
apa langkah-langkah yang ia ambil? Nehemia
berpuasa dan berdoa. Itulah yang pertama ia
lakukan. Bukan hanya memohon ampun bagi
bangsanya, tapi juga pembersihan atau pertobatan
dari dosa-dosanya sendiri. Dosanya sendiri ?
Untuk apa ? Nehemia tahu bahwa doanya tidak
akan punya pengaruh apabila ia sendiri belum
bersih dari dosa. Maka dalam doanya ia berkata:
"berilah telinga-MU dan bukalah mata-MU dan
dengarkanlah doa hamba-MU yang sekarang
kupanjatkan ke hadirat-MU siang dan malam bagi
orang Israel, hamba-hamba-MU itu, dengan
mengaku segala dosa yang kami orang Israel telah
lakukan terhadap-MU. Juga aku dan kaum
keluargaku telah berbuat dosa." Nehemia 1 : 6
Mari kita lanjutkan dengan Nehemia pasal 2.
Pada suatu hari empat bulan kemudian, ketika
Nehemia tengah menghidangkan anggur bagi raja
Artahsasta, sang raja melihat wajah Nehemia
yang murung. Ia bertanya kepada Nehemia, apa
gerangan yang terjadi. Nehemia 2 : 1 - 2. Nehemia
lalu menceritakan rasa sedihnya melihat
kehancuran bangsanya. Nehemia 2 : 3
Raja Artahsasta lalu menawarkan bantuan,
menawarkan apa yang bisa ia bantu. Mendengar
itu, Nehemia kembali berdoa dalam hatinya.
Nehemia 2 : 4
Setelah berdoa, Nehemia menyampaikan dengan
jujur bahwa ia butuh pertolongan dari raja.
"Berkatalah aku kepada raja: "Jika raja
menganggap baik, berikanlah aku surat-surat bagi
bupati-bupati di daerah seberang sungai Efrat,
supaya mereka memperbolehkan aku lalu sampai
aku tiba di Yehuda. Pula sepucuk surat bagi Asaf,
pengawas taman raja, supaya dia memberikan aku
kayu untuk memasang balok-balok pada pintu-
pintu gerbang di benteng bait suci, untuk tembok
kota dan untuk rumah yang akan kudiami." Dan
raja mengabulkan permintaanku itu, karena tangan
Allahku yang murah melindungi aku." Nehemia
2 : 7 - 8
Nehemia tidak berpangku tangan, dia tidak pula
merasa mampu segalanya. Dia tahu bahwa dia
butuh pertolongan raja untuk bisa membangun
kembali Yerusalem. Artahsasta mengabulkan hal
itu. Tentu merupakan hal sepele bagi raja untuk
membuat surat-surat seperti yang diminta
Nehemia, sedangkan Nehemia tidak memiliki
otoritas untuk melakukan hal itu.
Berawal dari sini, kita mengetahui bahwa Nehemia
berhasil membangun kembali Yerusalem yang
sudah hancur lebur dengan keberhasilan besar.
Apakah itu semua semata-mata karena
keberuntungan ? Tidak. Nehemia tahu pasti bahwa
itu semua adalah berkat tangan ALLAH yang
murah melindunginya. TUHAN menyalurkan
berkat-NYA kepada Nehemia lewat perantaraan
raja Artahsasta.
Dari Nehemia kita bisa belajar dua hal penting.
Pertama, ketika kita masuk ke dalam air mata,
hal terpenting adalah mencari TUHAN terlebih
dahulu. Nehemia berdoa terlebih dahulu ketika
mendengar sesuatu yang menyedihkan hatinya atau
ketika hendak memutuskan sesuatu. Jadi
berdoalah, dan kuduskanlah diri terlebih dahulu
dengan mengakui segala dosa-dosa yang masih
mengotori diri kita. Kedua, jangan malu untuk
meminta bantuan orang lain yang punya kapasitas
lebih dari kita. Dari kisah Nehemia kita melihat
bahwa TUHAN bisa menyalurkan berkat-NYA
bagi pekerjaan Nehemia lewat sosok orang lain,
dalam hal ini lewat raja Artahsasta.
Ada saat dimana kita bisa melakukan sesuatu
sendirian, tapi dalam banyak kesempatan TUHAN
menyalurkan berkat-NYA lewat tangan orang lain.
Kita tidak perlu malu mengakui bahwa sebagai
manusia kita ini terbatas kemampuannya. Ingat
bahwa TUHAN sejak awal sudah menetapkan
kita untuk tidak hidup sendirian. Kita adalah
mahluk sosial yang selalu butuh berinteraksi dan
saling dukung, saling bantu untuk bisa meningkat.
Hidup dengan gengsi, keangkuhan, kesombongan,
atau di sisi lain hidup dengan rasa sungkan dan
segan yang berlebihan cepat atau lambat akan
membuat kita jalan di tempat, atau malah semakin
mundur.
Lihatlah apa kata firman TUHAN berikut ini:
"Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu!
Demikianlah kamu memenuhi hukum KRISTUS."
Galatia 6 : 2
Hukum KRISTUS terpenuhi jika kita saling
bertolong-tolongan dalam memikul beban bersama-
sama. Bagaimana mungkin orang bisa menolong
jika kita sendiri hanya diam saja dan tidak mau
mengakui bahwa kita butuh bantuan ?
Oleh sebab itu kita harus menghindari sikap tinggi
hati, sombong atau sebaliknya rasa sungkan yang
terlalu berlebihan. Tidak ada salahnya untuk
memohon bantuan, tapi sebelumnya berdoalah,
tanyakan kepada TUHAN apa yang harus kita
lakukan. Mendengar dan mengikuti apa yang
diinstruksikan TUHAN merupakan hal yang
seharusnya kita lakukan. Kepada jemaat Galatia
Paulus mengatakan: "Sebab kalau seorang
menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama
sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri."
Galatia 6 : 3. Artinya apabila kita merasa mampu
segalanya, padahal sebenarnya kita tengah butuh
bantuan, itu sama artinya dengan menipu diri
sendiri.
Lewat Nehemia kita bisa melihat bagaimana
pentingnya berdoa di saat kita tengah mengalami
permasalahan. Tidak peduli seberat apa
pergumulan kita hari ini, TUHAN mampu
mengubah itu semua menjadi hujan berkat.
"Apabila melintasi lembah Baka, mereka
membuatnya menjadi tempat yang bermata air;
bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya
dengan berkat." Mazmur 84 : 7
Dan ini berlaku bagi orang yang menggantungkan
segenap kekuatan serta hidupnya ke dalam tangan
TUHAN. Mazmur 84 : 6 — “ Berbahagialah
manusia yang kekuatannya di dalam ENGKAU,
yang berhasrat mengadakan ziarah!"
Nehemia tidak sungkan untuk memohon
pertolongan dari orang lain ketika TUHAN
menghendaki demikian, ia tidak malu mengakui
bahwa ia membutuhkan pertolongan, demikian
pula kita sebaiknya bersikap agar hukum
KRISTUS dapat terjadi. Sekali lagi, TUHAN
mampu memberkati anda secara luar biasa baik
secara langsung maupun lewat orang lain.
TUHAN sanggup mencurahkan berkat-NYA
secara langsung, tapi terkadang memilih untuk
menyalurkannya lewat orang lain.

No comments:

Post a Comment