Wednesday, June 26, 2013

dewasa dalam iman

Bertumbuh Dewasa Dalam Iman
Sorotan Yakobus perihal pertumbuhan iman
menjadi evaluasi kita sebagai orang Kristen. Salah
satu yang menjadi sorotan adalah kebiasaan
bersumpah yang menjadi faktor penghambat
menuju kedewasaan iman.
YAKOBUS 5 : 12 — “ Tetapi yang terutama,
saudara-saudara, janganlah kamu bersumpah demi
sorga maupun demi bumi atau demi sesuatu yang
lain. Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika
tidak hendaklah kamu katakan tidak, supaya
kamu jangan kena hukuman.”
Berbicara perihal kedewasaan, tentunya tidak lepas
dari attitude yang mencakup pemikiran, pandangan,
perkataan dan tindakan yang tercermin dalam
keseharian. Banyak hal penting dalam Firman yang
harus kita lakukan, namun kita remehkan dan
lupakan. Dan justru hal yang terlarang menurut
Firman malah menjadi kebiasaan dalam interaksi
sosial kita. Padahal hal tersebut merupakan
cerminan tingkat kedewasaan iman.
Ketentuan tentang bersumpah menjadi salah satu
yang menjadi sorotan dalam surat Yakobus pasal
5, bahkan Yakobus menjadikannya ketentuan
utama dalam kehidupan orang Kristen. Ketentuan
itu meliputi larangan bersumpah (baik demi sorga,
bumi atau sesuatu yang lain). Sumpah terkait erat
perihal pembuktian sesuatu, juga muncul akibat
lunturnya rasa ketidakpercayaan antar manusia.
Alasan utama manusia tidak boleh bersumpah
karena manusia tidak bisa menepatinya. Sebab
biasanya sumpah dilakukan bukan untuk
menunjukkan kebenaran, melainkan untuk
menutupi kebohongan. Memang sumpah itu
hanyalah perkataan. Tetapi biasanya sumpah itu
dibubuhi "Demi Nama TUHAN" atau TUHAN
dijadikan "garansi". Yang pasti, TUHAN tidak
mau menjamin sumpah siapa pun. Jelas ini
perbuatan yang kurang ajar dan pantas tertimpa
hukuman berat dari TUHAN.
Banyak contoh tentang bersumpah dalam lingkup
keluarga, persahabatan apalagi urusan bisnis. Di
saat seseorang memberikan keterangan namun
tidak dipercayai kebenarannya oleh lawan
bicaranya, biasanya orang tersebut segera
mengambil jalan pintas : berucap sumpah demi
Nama TUHAN atau demi yang lainnya.
Umumnya motifnya kurang baik : entah menutupi
kekurangan, kesalahan atau kebohongan. Sumpah
sering sengaja diset menjadi alat untuk
mengelabuhi, dengan tujuan mengeruk keuntungan
pribadi dan mengorbankan orang lain.
Dalam dunia perdagangan, tidak sedikit penjual
yang menunjukkan dan menerangkan kualitas
produknya dengan disisipi sumpah bahwa
produknya berkualitas. Sebenarnya, sales person ini
sudah membuka "aib" dagangannya yang tidak
bonafide. Sebab kalau bonafide, rasanya kata
sumpah tidak perlu lagi diucapkan.
Sama halnya kesepakatan mengenai waktu. Orang
yang memiliki kebiasaan ngaret sangat mudah
mengobral sumpah dan janji untuk datang tepat
waktu. Dari sini kita belajar bahwa bersumpah
bisa dilakukan siapa saja. Karena itu, marilah kita
mengkoreksi diri sendiri supaya membuang
kebiasaan bersumpah sehingga kita tidak menerima
hukuman karena tak menaati Firman.
Yakobus mengajarkan, katakan "Ya" atau "Tidak"
sesuai kenyataan, alias mengutamakan kejujuran.
Sebab sumpah memiliki konsekuensi yang berat.
Jika terlanjur diucapkan - meski dengan dalih tidak
serius alias bercanda - maka tetap saja hukuman
berlaku. Hendaklah ketentuan ini mampu
menyadarkan kita, agar terhindar dari hukuman
akibat sumpah. Jika larangan sumpah yang
merupakan hal utama tidak dapat kita taati,
otomatis dengan hal menuruti aturan lain dalam
Firman akan turut berantakan.
Bagaimana dengan aturan pengambilan sumpah
sebelum seorang Kristen menjalankan tugasnya
menjadi saksi di pengadilan ? Sebagai ganti
sumpah, orang Kristen boleh menggunakan kata
"berjanji".
Selanjutnya kita akan buktikan lewat study kasus
bahwa sumpah manusia hanyalah kedok menutupi
kebohongannya.
MATIUS 26 : 74 — “ Maka mulailah Petrus
mengutuk dan bersumpah: "Aku tidak kenal orang
itu." Dan pada saat itu berkokoklah ayam."
Ketika orang bertanya apakah Petrus murid YESUS
KRISTUS, Petrus mulai mengutuki dirinya sendiri
(NIV: curses on himself) Contoh mengutuki diri
sendiri: "biar disambar geledek", "biar aku mati !!!"
Tindakannya itu dirasakan Petrus belum cukup. Ia
juga bersumpah bahwa ia tidak mengenal YESUS
KRISTUS. Ini bukti bahwa sumpah yang
dilakukan Petrus karena kepepet, untuk menutupi
kebohongannya.
Apakah pantas disebut dan mengaku dewasa
iman, jika kesehariannya berselimutkan kabut
dusta ? Sumpah yang terucap, bukan berdasarkan
keyakinan bahwa dirinya benar, melainkan untuk
menutupi kesalahannya. Kedewasaan iman
seharusnya membuat orang sadar dan mengakui
akan kesalahannya, memohon ampun dan bertobat.
Sebaliknya dengan ciri orang yang belum dewasa
iman, berkutat dalam mata rantai kebohongan
dengan jalan bersumpah.
Petrus yang mengutuk dirinya sendiri, telah
menciptakan sebuah jerat "senjata makan tuan."
Kemungkinan besar Petrus mengutuki dirinya demi
TUHAN. Artinya dia mengatakan bahwa bila dia
berbohong, TUHAN akan menghukumnya. Jika
YESUS KRISTUS tidak penuh kasih, Petrus
tentunya mati termakan kutuk yang sudah
diucapkannya. Meski terlanjur, Petrus kemudian
menyadari dan menyesali perbuatannya.
Sesudah bertemu YESUS KRISTUS yang bangkit,
sumpah dan kutuk tidak ada lagi dalam "kamus"
Petrus. Terbukti, perkataan Petrus di kemudian
hari dapat dipercaya. Bahkan banyak orang menjadi
percaya dengan menerima YESUS KRISTUS sebagai
TUHAN dan Juruselamat karena perkataannya.
Hal ini terjadi karena dasar perkataan Petrus
bukan lagi kebohongan, melainkan kebenaran
Firman TUHAN. Inilah ciri dari kedewasaan iman,
yakni perkataan yang seturut Firman, tanpa embel-
embel sumpah.
Siapa yang pantas secara legal untuk mengucapkan
sumpah ?
KEJADIAN 22 : 15 - 17 — “ Untuk kedua kalinya
berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepada
Abraham, kata-NYA: "AKU bersumpah demi
Diri-KU sendiri - demikianlah Firman TUHAN - :
Karena engkau telah berbuat demikian, dan
engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan
anakmu yang tunggal kepada-KU, maka AKU
akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan
membuat keturunanmu sangat banyak seperti
bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan
keturunanmu itu akan menduduki kota-kota
musuhnya."
Yang memiliki hak penuh untuk bersumpah
hanyalah TUHAN. Sumpah TUHAN di atas
adalah tepat, pernyataan sumpah-NYA dikuatkan
dengan "garansi" dari Diri-NYA sendiri. Diri-
NYA yang penuh kuasa, mampu mewujudkan apa
yang disumpahkan-NYA. Sebaliknya dengan
manusia yang tidak tidak mampu mewujudkan
sumpahnya. Jadi manusia tidak boleh sumpah
dalam hal apa pun. Sumpah hanya layak
dikumandangkan oleh TUHAN sendiri.
Alasan lainnya : karena motivasi TUHAN selalu
benar, yaitu untuk kebaikan manusia, termasuk
bagi seluruh alam ciptaan-NYA. TUHAN
bersumpah bukan sebagai upaya menutupi
kebohongan, melainkan penguat atas perkataan-
NYA, supaya manusia makin yakin akan janji-
NYA. Sebab seluruh janji TUHAN pada ayat 15 -
17 sanggup diwujudkan-NYA. Janji-NYA telah
terwujud (keturunan Abraham tak terhitung:
sebanyak bintang di langit dan pasir di laut).
YAKOBUS 5 : 13 — “ Kalau ada seorang di antara
kamu yang menderita, baiklah ia berdoa! Kalau
ada seorang yang bergembira baiklah ia menyanyi!"
Yakobus menyebutkan ciri kedewasaan iman yang
lain : mampu menyikapi situasi dengan sikap yang
tepat. Contoh sederhananya : balita yang kalah
dalam permainan biasanya menangis. Tidak
demikan halnya bila itu terjadi pada seorang
remaja. Demikian pula orang Kristen yang telah
dewasa iman dalam menghadapi problem yang
menghantamnya. Dia tidak dengan ngomel seperti
Kristen "balita", melainkan bersimpuh dalam doa.
Banyak orang Kristen kanak-kanak yang
menghadapi problem tidak dengan berdoa, tetapi
mengeluarkan jurus sumpah serapah dan keluhan.
Iman yang kekanakan, hanya bisa mengedepankan
tuntutan egonya dan menyalahkan TUHAN.
Orang yang dewasa iman mampu menyikapi segala
bentuk situasi dengan benar yaitu tidak
meninggalkan doa dan menaikkan pujian bagi
TUHAN. Dalam Alkitab NIV, menyanyi
dijelaskan secara spesifik : bukan sekadar
bernyanyi, melainkan sing songs of praise :
menyanyikan lagu pujian bagi TUHAN.
Mampu berdoa dan memuji TUHAN merupakan
ciri kedewasaan iman. Di saat susah tidak
tergeletak dalam putus asa, begitu pula kala banjir
berkat tercurah, tidak menjadikannya "gila". Dan
orang yang dewasa iman, doanya pasti menerima
jawaban dari TUHAN. Terkabulnya doa itulah
yang kian menumbuhkan sukacita dan semangat
dalam menaikkan pujian syukur bagi TUHAN.
EFESUS 4 : 11 - 13 — “ Dan IA-lah yang
memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi,
baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-
gembala dan pengajar-pengajar, untuk
memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan
pelayanan, bagi pembangunan tubuh KRISTUS,
sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman
dan pengetahuan yang benar tentang ANAK
ALLAH, kedewasaan penuh, dan tingkat
pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan
KRISTUS.
Hati yang terbuka untuk dibentuk makin matang
di dalam iman menjadi kunci bagi kita untuk
terbebas dari rasa jenuh, putus asa, kesepian,
bahkan menghindarkan kita dari mempersalahkan
TUHAN. Paulus menjelaskan bahwa proses
kedewasaan diajarkan TUHAN melalui para
hamba-NYA. Proses belajar mengajar inilah yang
menjadikan kita makin kenal TUHAN untuk
bertumbuh dewasa dalam iman. Kedewasaan itu
akan tercermin dalam tindakan yang mampu
menyikapi tantangan, permasalahan, maupun
berkat TUHAN.
Jika para nabi menyatakan ajaran ALLAH di dalam
Perjanjian Lama (termasuk menubuatkan TUHAN
YESUS KRISTUS), berikutnya para rasul
menyatakan ajaran TUHAN YESUS di dalam
Perjanjian Baru (termasuk menggenapi nubuat para
nabi). Sedangkan era selanjutnya, "tongkat estafet"
diberikan kepada para Pendeta, Penginjil dan
Pengajar, guna menguraikan dan menyebarkan
ajaran dari TUHAN yang seluruhnya sudah
tertuang di dalam Alkitab.
Ternyata pada era sekarang ini, kita patut
mewaspadai penyimpangan dalam mengajarkan
Firman TUHAN. Ada pula yang menambah dan
mengurangi isi Firman TUHAN sehingga terjadi
penyimpangan ajaran Firman. Firman tidak boleh
ada penambahan dan pengurangan. Firman hanya
perlu dipahami, dijalankan dan dibagikan. Hal
tersebut yang terus menerus HAMBA TUHAN
terapkan di dalam hidup penggembalaan jemaat
TUHAN. Kerena inilah tugas para HAMBA
TUHAN sehingga jemaat didewasakan imannya
sesuai dengan tujuan yang tertera dalam ayat
12-13. Pendewasaan iman itu didapat dengan
memberikan pengetahuan dan pengenalan yang
benar tentang YESUS KRISTUS, ANAK ALLAH.
Gereja menerapkan setiap doktrin dan cara-cara
peribadatan, memiliki landasan yang kokoh, jelas,
tegas sesuai dengan yang terdapat di dalam
Alkitab. Tujuannya : kemurnian ajaran Firman
tetap terjaga. Berikut contoh ajaran yang benar
mengenai doa, penumpangan tangan dan
pengurapan melalui media minyak urapan.
YAKOBUS 5 : 14 - 17 — “ Kalau ada seorang di
antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil
para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan
dia serta mengolesnya dengan minyak dalam Nama
TUHAN. Dan doa yang lahir dari iman akan
menyelamatkan orang sakit itu dan TUHAN akan
membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa,
maka dosanya itu akan diampuni. Karena itu
hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan
saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa
orang yang benar, bila dengan yakin didoakan,
sangat besar kuasanya. Elia adalah manusia biasa
sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sung
guh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujan
pun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan
enam bulan."
Dalam Yakobus 5 : 13a dikatakan, "Kalau ada
seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia
berdoa!" Yang dimaksud dengan "kamu" dalam
ayat tersebut adalah orang yang telah dewasa
iman. Saat mereka menghadapi problem, mereka
berdoa sendiri. Sedangkan dalam ayat 14, bagi
jemaat yang belum dewasa iman diperbolehkan
meminta doa kepada para penatua (evangelist,
majelis) yang disertai dengan mengoleskan atau
lebih tepatnya mengurapi (NIV: anoint) dengan
minyak urapan. Mengurapi memiliki arti
mengoleskan minyak urapan di daerah kepala.
Bandingkan dengan yang kita baca di dalam
Alkitab tentang cara pentabisan raja, yaitu dengan
mengurapi kepala raja dengan minyak, bukan
bagian tubuh yang lain.
Banyak dari antara kita yang tanpa sadar
melakukan kesalahan dalam mengoleskan minyak
urapan, yaitu mengoleskannya di bagian tubuh
yang sakit. Bahkan yang memprihatinkan, ada
jemaat yang telah terkontaminasi racun ajaran
sesat, yaitu minum minyak urapan (meneteskan
minyak urapan ke dalam air, lalu meminumnya),
sebagai upaya mengusir kuasa gelap.
Ketika HAMBA TUHAN mendoakan jemaat, Ia
menumpangkan tangan ke atas jemaat tersebut.
HAMBA TUHAN tidak perlu mengurapi jemaat
tersebut dengan minyak urapan. Mengacu pada
ayat di atas, jika jemaat sakit dan pendeta atau
gembala tidak dapat hadir mendoakannya, baiklah
dia memanggil penatua (majelis atau evangelist)
yang memiliki kedewasaan iman untuk mendoakan
dan mengurapi dengan minyak urapan dengan iman
di dalam Nama TUHAN YESUS. Minyak urapan
itu sebelumnya telah didoakan oleh HAMBA
TUHAN terlebih dahulu, lalu mengutus penatua
untuk mendoakan dan mengurapi jemaat yang
sakit tersebut.
Minyak urapan sebagai media atau lambang
YESUS KRISTUS hadir. Lewat kuasa TUHAN
YESUS KRISTUS-lah, segala problem dientaskan.
Nah, supaya TUHAN YESUS hadir, adalah
berdoa dengan iman. Bila memiliki iman, setiap
tetes minyak urapan yang diurapkan akan
membawa kuasa TUHAN. Sebaliknya, seberapa
pun minyak urapan diurapkan, tidak akan terjadi
mujizat jika tanpa iman. Iman di sini adalah iman
dari pendeta yang mendoakan minyak urapan
didukung iman para penatua yang mengoleskan
minyak urapan, dan juga iman jemaat yang
menerima pelayanan pengurapan.
Jangan menyamakan minyak urapan dengan obat
yang bisa dioleskan sesuka hati. Contohnya adalah
yang dialami salah seorang jemaat. Seorang jemaat
meminta HAMBA TUHAN mendoakan minyak
urapan untuk sanak saudara di luar kota yang
kebetulan menderita sakit. HAMBA TUHAN
menanyakan siapa yang akan mengurapi si sakit ?
Ternyata jemaat tersebut bermaksud mengirimkan
minyak urapan itu lewat jasa kurir dan si sakit
akan mengoleskannya sendiri. HAMBA TUHAN
menolaknya. HAMBA TUHAN jelaskan bahwa
minyak urapan itu tidak akan ada artinya jika
diurapkan tanpa iman. Jika jemaat itu beriman, dia
harus berangkat untuk mengurapi saudaranya yang
sakit itu dengan minyak urapan yang telah
HAMBA TUHAN doakan. Dengan demikian,
iman HAMBA TUHAN tersalur pada minyak
urapan, berikut iman jemaat tersebut yang
mengoleskan juga tersalur di saat dia berdoa dan
mengurapi saudaranya dengan minyak urapan. Jika
tidak, maka tidak akan ada gunanya.
Ada sebuah contoh lagi : seorang jemaat meminta
HAMBA TUHAN untuk datang ke rumah sakit
untuk mendoakan bosnya. HAMBA TUHAN
segera menjawab, "Tidak bisa," namun HAMBA
TUHAN memberi solusi untuk mendoakannya by
phone. Caranya, jemaat tersebut menumpangkan
tangan kepada atasannya. Hal ini untuk
menghindari kesalahan dalam hal etika, karena
yang akan HAMBA TUHAN doakan bukanlah
jemaat yang dia gembalakan. Dari hal yang
terlihat sepele seperti itu, bisa dijadikan bahan
tuduhan yang macam-macam : kristenisasi,
ataupun merebut jemaat gereja lain. Jemaat
tersebut tidak mau melakukannya. Dan ternyata,
sang atasan juga tidak bersedia didoakan. Jemaat
tersebut berkeras meminta HAMBA TUHAN
mendoakan bosnya dengan anggapan iman
HAMBA TUHAN besar, jadi dapat meluluhkan
hati bosnya yang tidak mau didoakan. Dengan
cara seperti itu, bagaimana mungkin mujizat dapat
terjadi ?
Imam memiliki peran yang sangat penting; iman
yang menggerakkan hati TUHAN untuk
menyembuhkan dan mengampuni dosa. Bagi
mereka yang tadinya masih belum mengenal
TUHAN YESUS KRISTUS, namun mau percaya
kepada TUHAN YESUS dan mau menerima
pengampunan dosa, orang itu lolos sebagai
kandidat yang berhak didoakan sehingga dosanya
diampuni dan dia disembuhkan.
Kuasa TUHAN YESUS sungguh besar. Seberat
apa pun penyakitnya, serumit apa pun masalahnya,
TUHAN YESUS mampu membereskannya. Tapi
harus kita ingat bahwa siapa pun tidak bisa
"memperalat" TUHAN YESUS sesuka hatinya.
Syarat untuk menerima solusi dari TUHAN
adalah yang mendoakan dewasa dalam iman dan
yang didoakan memiliki iman (walaupun belum
dewasa dalam iman).
Sebagai contoh, Yakobus menyebut Elia manusia
biasa seperti kita. Tetapi, dia memiliki iman yang
sungguh luar biasa. Kedewasaan rohaninya yang
membuat doanya dijawab. Jika kita memiliki
kedewasaan iman seperti yang dimiliki Elia, kita
pun memiliki peluang yang lebar untuk menerima
jawaban doa dan mujizat seperti yang dialami Elia.
Marilah kita bertumbuh dewasa dalam iman
melalui makanan rohani yang bergizi, yakni Firman
ALLAH yang murni dan tak terkontaminasi
ajaran-ajaran palsu yang hanya akan meracuni
kehidupan rohani kita. Dengan demikian mujizat
akan terus terjadi. Itu semua karena ada
pengajaran Firman, hikmat TUHAN, dan
kedewasaan iman,

No comments:

Post a Comment