Tuesday, June 25, 2013

mau mendengar

Matius 11 : 15 — “ Siapa bertelinga, hendaklah ia
mendengar!”
Secara umum, orang lebih mudah untuk berbicara
ketimbang mendengar. Seringkali sulit bagi kita
untuk bisa mendapatkan teman yang mau
mendengar curahan hati kita, tetapi biasanya
mudah untuk menemukan orang yang hobinya
bercerita panjang lebar. Ada banyak istri yang
mengeluh karena suaminya tidak lagi mau
menyediakan waktu untuk mendengar mereka
karena merasa sudah terlalu lelah bekerja sehari
penuh.
Para suami tampaknya lupa bahwa istri mereka
ingin berbicara dengan mereka mengenai segala
sesuatu setelah tidak bertemu seharian dan
mengira bahwa mencukupi kebutuhan secara
finansial merupakan satu-satunya tugas atau peran
suami dalam rumah tangga. Para suami sehari-hari
sibuk menjalani begitu banyak pekerjaan yang
berbeda.
Ditengah kesibukan yang luar biasa seperti ini,
Para suami sadar harus membagi waktu untuk
istri. Konsekuensinya, Para suami harus lembur
extra karena waktu di jam produktif sudah
terpakai untuknya, tetapi itu harus Para suami
jalani dengan sukacita karena untuk mendengarkan
istri pun merupakan tugas yang tidak kalah
pentingnya jika mau rumah tangga berlangsung
bahagia.
Baru saja seorang teman mengatakan bahwa ia
malas mendengar istrinya karena bisa ada kritik
disana. "Saya sudah terlalu capek bekerja, jadi
tidak mau lagi mendengar komentar-komentarnya."
demikian katanya. Benar, ada kalanya kita sudah
terlalu lelah sehingga cepat kesal ketika
mendengar kritik, tapi kalau kritiknya bertujuan
membangun dan bermanfaat untuk membuat kita
lebih baik lagi, kenapa kita harus anti terhadap itu
walau dalam keadaan lelah sekalipun ?
Mengapa kita sulit untuk menerima kenyataan
bahwa istri punya kebutuhan untuk didengar oleh
suaminya ? Satu pertanyaan lagi, jika terhadap
istri yang notabene manusia seperti kita saja kita
sudah tidak lagi mau mendengar, bagaimana kita
bisa mendengar ajaran-ajaran TUHAN YESUS
KRISTUS yang terkadang bisa seperti menegur
apakah itu lewat kotbah, membaca Alkitab dan
sebagainya ? Apakah kita bisa tetap baik dengan
menjadi orang-orang yang alergi mendengar tapi
hobi mengomel ?
Ada kritik konstruktif, ada pula yang destruktif.
Kita tentu perlu menyaring semuanya dengan baik.
Kritik yang baik kita terima agar lebih baik
kedepannya, kritik yang negatif jangan sampai
melemahkan kita. Tetapi biar bagaimanapun ada
baiknya jika kita terlebih dahulu membiasakan diri
rela untuk mendengar. Mendengar. Dengar. Listen.
Not hear, but listen. Seringkali ini menjadi bagian
yang sulit untuk dilakukan.
Kedatangan YESUS KRISTUS ke dunia TUHAN
YESUS isi dengan banyak peringatan untuk
membuat kita menjadi orang-orang yang lebih baik.
Banyak hal-hal yang dibukakan YESUS KRISTUS
yang sebelumnya tidak atau belum diketahui
orang. Tampaknya sejak masa itupun manusia
sudah cenderung malas mendengar nasihat,
wejangan, peringatan apalagi teguran.
Maka berkali-kali YESUS KRISTUS menegur kita
dengan berkata "siapa bertelinga, hendaklah ia
mendengar!" seperti dalam Matius 11:15, Matius
13:9, Matius 13:43, Markus 7:16, juga beberapa
kali dalam Wahyu 2, 3 dan juga 13. Saya merasa
bahwa kita diberi dua telinga dan satu mulut
bukan tanpa maksud. Sudah punya dua telinga pun
kita masih cenderung cepat membantah dan
menolak untuk mendengar. Alangkah baiknya
apabila sepasang telinga yang diberikan TUHAN
difungsikan untuk mendengar, sehingga kita bisa
mengerti dan memperbaiki diri.
Dalam Amsal peringatan yang sama juga sudah
ditulis. Bunyinya: "Orang yang mengarahkan
telinga kepada teguran yang membawa kepada
kehidupan akan tinggal di tengah-tengah orang
bijak." Amsal 15 : 31
Untuk itu tidak ada jalan lain. Kita harus
melembutkan hati, dengan lapang dada, untuk
menerima kritik atau teguran konstruktif untuk
bertumbuh menjadi orang-orang yang lebih baik
dari sebelumnya.
Kapanpun, dimanapun kita akan berhadapan
dengan kritik. Kalau tidak di rumah, dalam
pekerjaan, di lingkungan tempat pendidikan,
pertemanan dan sebagainya itu bisa saja datang.
Kita memerlukan kritikan yang konstruktif atau
membangun, agar kita bisa menata sesuatu lebih
baik lagi.
Bisa jadi terkadang pedas, namun jika untuk
kebaikan kita sendiri, sebaiknya kita iklas
menerimanya dengan lapang hati. Benar, ada
kalanya kritik yang datang terlalu kejam sehingga
bukan lagi bertujuan membangun tapi
menjatuhkan. Ketika ini terjadi, penting bagi kita
untuk menjaga diri kita supaya tidak menjadi
lemah dan berhenti berusaha.
Jangan menjadi patah semangat karenanya, apalagi
ketika kita sudah berusaha dengan sebaik
mungkin. Tapi yang penting, biasakan diri untuk
terlebih dahulu mau membuka diri dan hati untuk
mendengar. Ingatlah bahwa dalam Yakobus kita
sudah diingatkan seperti ini: "Hai saudara-saudara
yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang
hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat
untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk
marah" Yakobus 1 : 19
Bersyukurlah ketika masih ada yang mengkritik,
karena itu artinya masih ada orang yang peduli.
Bersyukurlah pula ketika masih ada kesempatan
dan masih punya sepasang telinga yang berfungsi
baik untuk mendengar. Lembutkan hati untuk
mendengar agar bisa lebih baik.
Amsal 25 : 12 — “ Teguran orang yang bijak adalah
seperti cincin emas dan hiasan kencana untuk
telinga yang mendengar."
Dalam Yakobus 1 : 19 bukanlah hal yang
dilakukan manusia karena sering yang terjadi
justru sebaliknya, lambat untuk mendengar dan
cepat berkata-kata, lebih cepat lagi untuk marah.
Sulit sekali bagi kita untuk mau melembutkan hati
untuk mendengar. Secepat orang mengingatkan,
lebih cepat lagi kita membantah tanpa mendengar
lalu mencerna terlebih dahulu.
Kita bisa melihat sulitnya Musa menghadapi
orang-orang Israel yang keras kepala dan sangat
ahli dalam hal bersungut-sungut untuk membawa
mereka keluar dari Mesir setiap hari selama
puluhan tahun. Entah bagaimana Musa bisa terus
bersabar menerima omelan atau komentar-komentar
pedas dari bangsa yang terkenal bebal dan tegar
tengkuk ini. Coba pikirkan.
Adalah merupakan perintah TUHAN untuk
membawa mereka ke tanah terjanji, keluar dari
perbudakan di Mesir. TUHAN bertujuan
memerdekakan mereka dan memberi mereka masuk
ke sebuah tanah yang subur dan kaya. Senangkah
mereka ?
Balasannya justru sebaliknya. Lihatlah komentar
mereka berikut ini: "dan mereka berkata kepada
Musa: "Apakah karena tidak ada kuburan di
Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di
padang gurun ini ? Apakah yang kauperbuat ini
terhadap kami dengan membawa kami keluar dari
Mesir ? Bukankah ini telah kami katakan
kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami
dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab
lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang
Mesir dari pada mati di padang gurun ini."
Keluaran 14 : 11 - 12
Bukan hanya satu ini komentar sinis yang mereka
lontarkan. Perjalanan mereka yang panjang itu
penuh dengan gerutu, keluh kesah, protes dan
komentar-komentar yang bisa setiap saat. Tidak
mudah bagi Musa, dan jika kita diposisinya tentu
kita pun akan merasakan hal yang sama. Tetapi
Musa bisa tetap fokus kepada tugasnya dan taat
menerima perintah TUHAN. Itu membuatnya bisa
terus bertahan dalam badai cercaan sebegitu lama
dalam proses mengantarkan bangsanya menuju
tanah terjanji.
Kita harus sadar bahwa tidak semua kritik
disampaikan untuk tujuan yang buruk. Ada
saatnya kita harus siap mendengar lalu menerima
kritik dengan lapang dada, meski terkadang
rasanya sama sekali tidak enak atau bahkan pahit.
Kita harus pandai-pandai menyaring, tetapi apa
yang penting kita lakukan terlebih dahulu adalah
mendengarnya dengan kelembutan dan kelapangan
hati.
Jangan belum apa-apa sudah langsung menentang,
membantah lalu menuduh orang berniat jahat
kepada kita. Jika komentar-komentar negatif yang
kita terima, buanglah itu. Tetapi jika teguran itu
positif, terimalah itu dengan lapang hati. Jadi
Intinya adalah, dengarlah terlebih dahulu. Telinga
diberikan TUHAN untuk tujuan mendengar, jadi
jangan sia-siakan.
Dalam Amsal perihal pentingnya mendengar
disampaikan dalam banyak bagian. Lihatlah
pentingnya untuk menerima nasihat yang tentu
diawali dengan mendengar. "Rancangan gagal
kalau tidak ada pertimbangan, tetapi terlaksana
kalau penasihat banyak." Amsal 15 : 22
Lalu ada juga: "Karena hanya dengan perencanaan
engkau dapat berperang, dan kemenangan
tergantung pada penasihat yang banyak." Amsal
24 : 6
Bahkan lebih jauh Amsal berkata: "Jikalau tidak
ada pimpinan, jatuhlah bangsa, tetapi jikalau
penasihat banyak, keselamatan ada." Amsal 11 : 14
Jelaslah bahwa kemenangan atau kesuksesan
tergantung dari banyaknya masukan yang kita
terima, dan tergantung pula dari sejauh mana kita
menyikapinya dengan baik. Terbiasa menolak
untuk mendengar bisa merugikan kita sendiri.
Pergunakanlah sepasang telinga yang telah
diperlengkapi TUHAN untuk mendengar agar bisa
bertumbuh menjadi orang-orang bijaksana yang
maju dari hari ke hari.
Selain kerendahan hati untuk mendengar, miliki
pula telnga yang selektif dalam mendengar. Pandai-
pandailah menyaring komentar dan kritik yang
masuk. Simpan yang positif, buang yang negatif.
Teguran yang membangun sangatlah berharga.
Salomo menggambarkannya demikian: "Teguran
orang yang bijak adalah seperti cincin emas dan
hiasan kencana untuk telinga yang mendengar."
Amsal 25 : 12
Kalau sampai dikatakan bahwa teguran orang yang
bijak itu begitu berharga bagai cincin emas dan
hiasan kencana untuk telinga yang mendengar,
tentu itu artinya mendengar merupakan sesuatu
yang bukan saja berguna tapi juga sangat tinggi
nilai harganya.
Satu hal yang lebih penting, pekalah terhadap
suara TUHAN. Dengarkan perintah-NYA, terima
teguran-NYA dan patuhi kehendak-NYA.
Sebelum bereaksi, alangkah baiknya jika kita mau
mendengarkan terlebih dahulu dan mencerna
dengan baik pula.
Tetap ingat pesan TUHAN YESUS KRISTUS yang
ditulis berulang kali di dalam Alkitab: "Siapa
bertelinga, hendaklah ia mendengar!"
Dengar dan cerna terlebih dahulu sebelum
bereaksi.

No comments:

Post a Comment