Saturday, June 22, 2013

jangan bertele2 dalam berdoa

Lukas 18 : 1 — “ YESUS mengatakan suatu
perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan,
bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak
jemu-jemu.”
Berapa lama waktu yang diperlukan untuk
menggerakkan hati TUHAN dalam menolong
kita ? Bagi sebagian besar orang, eksistensi
TUHAN diukur dari seberapa cepat pertolongan
itu datang. Mereka menganggap TUHAN tak
ubahnya seperti minuman instan yang tinggal
seduh langsung jadi. Doa hanyalah sebuah sarana
minta-beri, hanya dijalankan ketika kita tengah
terdesak dan segera ditinggalkan lagi kalau
terkabul. Jika tidak terkabul dalam waktu singkat,
TUHAN pun langsung dijadikan terdakwa,
dipersalahkan atau dianggap tidak ada/benar.
Ukurannya adalah time frame kita, sesuai
keinginan kita. Jadi, dalam menghadapi masalah
dan mengharapkan pertolongan TUHAN, seberapa
besar kesabaran kita untuk berharap kepada-
NYA ?
Kita sering lupa bahwa ketidaksabaran justru
menjadi penghalang terbesar bagi kita untuk
menikmati berkat dan pertolongan TUHAN.
Awalnya mungkin kita berdoa dengan rajin, tapi
ketika jawaban tidak kunjung datang secepat yang
kita kehendaki, intensitas doa pun menurun, terus
menurun sampai akhirnya sampai ke titik nadir
alias berhenti total. Lantas alternatif-alternatif lain
menjadi pilihan berikutnya karena kecewa kepada
TUHAN. Sangat sulit untuk bersabar dan sulit
untuk mencerna bahwa waktu TUHAN lebih baik
dari waktu yang kita anggap terbaik. Waktu yang
terbaik semata-mata berpusat pada pandangan kita
pribadi. Padahal lebih dari apapun, doa merupakan
sarana bagi kita untuk berhubungan dengan
TUHAN. Semakin rajin kita berdoa, hubungan
kita akan semakin dekat, kita pun akan semakin
peka terhadap suara-NYA. Itu akan sangat
bermanfaat baik buat hidup kita saat ini maupun
yang kekal yang akan datang nanti.
Mengenai kesabaran dalam berdoa, TUHAN
YESUS memberikan sebuah perumpamaan menarik
mengenai kekuatan dari ketekunan berdoa yang
dicatat dalam Lukas 18 : 1 - 8. "Yesus mengatakan
suatu perumpamaan kepada mereka untuk
menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa
dengan tidak jemu-jemu." Lukas 18 : 1
TUHAN YESUS memberi contoh mengenai
seorang janda; sosok yang pada masa itu sangat
rentan, rata-rata hidup dalam kesusahan serta
tertindas; dan seorang hakim yang lalim. Dalam
perumpamaan yang disampaikan YESUS KRISTUS,
ada seorang janda yang terus memohon kepada
hakim yang lalim agar berkenan membela haknya.
(ay 3). Hakim dalam kisah ini mempunyai sikap
arogan. Sesuai dengan gambaran pribadi si hakim,
sudah tentu ia menolak permohonan janda ini. Tapi
lihatlah kegigihan sang janda. Ia tidak jemu-jemu
mendatangi hakim dan memohon, dan akhirnya ia
berhasil meluluhkan hakim yang lalim itu. Dan
YESUS KRISTUS pun berkata, "Camkanlah apa
yang dikatakan hakim yang lalim itu!" (ay 6).
Sekarang mari kita pikirkan. Kalau hakim yang
lalim saja bisa luluh terhadap permohonan yang
disampaikan dengan tak jemu-jemu, lalu kemudian
mengabulkan permintaan si janda, masa TUHAN
yang begitu penuh kasih setia, begitu mengasihi
kita manusia ciptaan-NYA sendiri dan
menganggap kita begitu istimewa tidak
mendengarkan seruan kita, bersikap mengabaikan
dan tidak peduli? "Tidakkah ALLAH akan
membenarkan orang-orang pilihan-NYA yang siang
malam berseru kepada-NYA? Dan adakah IA
mengulur-ulur waktu sebelum menolong
mereka?" (ay 7). TUHAN akan selalu
mengulurkan tangan-NYA, bukan mengulur-ulur
waktu, untuk menolong kita anak-anak-NYA
yang siang dan malam berseru kepada-NYA
dengan tidak jemu-jemu.
Semua janji yang diberikan TUHAN pasti selalu
DIA tepati. Sayangnya karena kita terbiasa tidak
sabar dan memandang hanya berdasarkan apa yang
terbaik menurut kita sendiri saja, kita sering
menganggap bahwa TUHAN terlambat atau
malah tidak peduli sama sekali. Di dalam kitab
Pengkotbah ada sebuah pesan yang harus selalu
kita ingat: "IA membuat segala sesuatu indah pada
waktunya, bahkan IA memberikan kekekalan
dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat
menyelami pekerjaan yang dilakukan ALLAH dari
awal sampai akhir." Pengkotbah 3 : 11
Apa yang TUHAN YESUS ajarkan lewat contoh
janda dan hakim di atas tidaklah sulit untuk
dimengerti. YESUS KRISTUS mengajarkan
bagaimana kuasa doa, bagaimana kita sebagai
anak-anak ALLAH sebaiknya terus berdoa siang
dan malam dengan tidak jemu-jemu, tanpa putus
asa, tanpa pupus pengharapan. Paulus dalam
banyak kesempatan menunjuk pada doa yang terus
dilakukan siang dan malam dengan sungguh-
sungguh. Salah satu contoh adalah ketika Paulus
menyatakan betapa ia terus berdoa siang dan
malam dalam kerinduan untuk bertemu dengan
para jemaat di Tesalonika dan melayani mereka. 1
Tesalonika 3 : 10
Berdoa dengan tidak jemu-jemu bukan berarti
harus terus kita ulang-ulang atau bertele-tele.
Bukan pula dengan cara-cara memaksa. Doa yang
didengar bukan tergantung dari kepintaran kita
merangkai kata melainkan sangat tergantung dari
iman kita sendiri. Doa jangan menjadi sarana
permintaan untuk mengatasi kebutuhan,
menjadikan doa sebagai paket berisi wishlist tapi
dasarkanlah doa sebagai sarana bagi kita untuk
membina keintiman hubungan dengan TUHAN.
Sejauh mana kita mampu bergantung dan mau
mengandalkan TUHAN, itu akan terlihat dari
kesetiaan kita dalam berdoa. Dalam Roma kita
diingatkan agar senantiasa "Bersukacitalah dalam
pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan
bertekunlah dalam doa!" Roma 12 : 12
Yakinlah bahwa ketekunan dalam berdoa yang
tidak jemu-jemu tidak akan pernah berakhir sia-
sia. Benar, ada kalanya jawaban TUHAN tidak
akan segera datang. Mungkin waktunya belum
tepat, mungkin TUHAN masih perlu menguji
keteguhan dan ketekunan kita, tapi pada saatnya,
TUHAN akan menolong dan memberkati kita
sesuai janji-janji-NYA. Karena itu, hindarilah
ketidaksabaran yang bisa mengarahkan kita kepada
hal-hal yang justru menghambat pertolongan dari
TUHAN. Diatas segalanya, jauh lebih penting
untuk membina hubungan karib dengan TUHAN,
dan sarana untuk itu adalah melalui doa. Apabila
diantara teman-teman ada yang tengah menghadapi
situasi sulit dan butuh campur tangan TUHAN,
bertekunlah berdoa. Jangan jemu-jemu, "... sebab
Ia, yang menjanjikannya, setia." Ibrani 10 : 23
Siapkah anda ketika diminta untuk memimpin
doa ? Faktanya ada banyak yang mundur ketika
harus berdiri memimpin doa di hadapan orang
banyak, apalagi jika di depan yang tidak dikenal.
Seorang teman saya bercerita bahwa gerejanya sulit
mencari pendoa syafaat padahal jemaatnya tidaklah
sedikit. Banyak dari kita yang ragu akan
kesanggupan kita karena kita bukanlah orator
ulung yang pandai merangkai kata. Mereka
berpikir bahwa manjur tidaknya doa itu tergantung
dari kepandaian kita dalam menguntai rantai kata.
Puitis, panjang, ber-rima, itu baru bagus. Atau
harus terus mengulang-ulang kata dalam doa,
seolah-olah TUHAN itu pelupa dan perlu
diingatkan berkali-kali agar doa terkabul. Apakah
itu yang menentukan baik tidaknya sebuah doa ?
Seperti apa sebenarnya bentuk doa yang baik itu ?
TUHAN tidak memerlukan kepandaian kita dalam
berkata-kata indah dan puitis. Malah secara tegas
YESUS KRISTUS sudah mengingatkan kita agar
jangan bertele-tele dalam berdoa. Ini bisa kita
temukan dalam ayat berikut: "Lagipula dalam
doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti
kebiasaan orang yang tidak mengenal ALLAH.
Mereka menyangka bahwa karena banyaknya
kata-kata doanya akan dikabulkan." Matius 6 : 7
YESUS KRISTUS dengan tegas mengatakan bahwa
orang yang bertele-tele dalam doa berarti tidak
mengenal ALLAH. Artinya, TUHAN tidak
meminta kita agar menjadi para penyair terlebih
dahulu baru bisa membuatnya berkenan atas doa
kita. TUHAN tidak meminta kita belajar
memelintir kata-kata seperti seorang politisi atau
juru bicara kawakan, penyair atau penulis lirik
lagu berpengalaman. TUHAN tidak meminta kita
untuk menjadi ahli komunikasi. Apa yang
diinginkan TUHAN adalah sesuatu yang datang
sejujurnya dari hati kita. Diucapkan dengan
sederhana, tidak bertele-tele, dengan cara
penyampaian yang simpel pula. Selama doa kita
panjatkan dengan jujur dari hati yang bersih, maka
TUHAN sudah pasti mendengarnya.
Kita diperingatkan agar tidak bertele-tele dalam
berdoa. TUHAN tidak memandang panjang
pendeknya doa, atau seserius/sesedih apa raut
muka yang kita pasang. Mengapa? "..karena
BAPAmu mengetahui apa yang kamu perlukan,
sebelum kamu minta kepada-NYA." Matius 6 : 8.
Jadi kejujuran yang berasal dari hati yang bersihlah
yang akan sangat menentukan. Dalam kitab
Samuel dikatakan bahwa apa yang dilihat
TUHAN berbeda dari apa yang biasa dijadikan
ukuran oleh manusia. "Manusia melihat apa yang
di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." 1
Samuel 16 : 7. Kerendahan hati, penyerahan diri
total, kesederhanaan dan tampil jujur apa adanya,
itulah yang TUHAN perhitungkan.
Bagi yang ingin berbalik dari jalan-jalan yang
keliru, akui segala kesalahan dengan jujur,
bertobatlah dan mintalah pengampunan TUHAN
kemudian jangan ulangi lagi. Sedang buat yang
punya beban, utarakan beban anda dan mohonlah
pada TUHAN dengan kesederhanaan dan
kejujuran tanpa perlu ragu akan kepandaian anda
dalam berkata-kata. Jangan lupa menyampaikannya
dengan ucapan syukur, baik lewat kata-kata,
nyanyian pujian maupun penyembahan, sebab ada
ayat yang berkata: "Janganlah hendaknya kamu
kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah
dalam segala hal keinginanmu kepada ALLAH
dalam doa dan permohonan dengan ucapan
syukur." Filipi 4 : 6
Dan yang terpenting, berdoalah dalam nama
TUHAN YESUS KRISTUS. "...supaya apa yang
kamu minta kepada BAPA dalam nama-KU,
diberikan-NYA kepadamu." Yohanes 15 : 16;
"..dan apa juga yang kamu minta dalam nama-KU,
AKU akan melakukannya, supaya BAPA
dipermuliakan di dalam ANAK. Jika kamu
meminta sesuatu kepada-KU dalam nama-KU,
AKU akan melakukannya." Yohanes 14 : 13 - 14
Mengapa harus melalui TUHAN YESUS
KRISTUS ? Karena YESUS KRISTUSlah jalan dan
kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang
datang kepada BAPA jika tidak melalui DIA.
Yohanes 14 : 6
Pengkotbah juga mengingatkan kita perihal berdoa.
"Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan
janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan
perkataan di hadapan ALLAH, karena ALLAH
ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu,
biarlah perkataanmu sedikit." Pengkotbah 5 : 1
Ingatlah bahwa doa bukanlah perlombaan seni
merangkai kata, menyusun kata puitis dan
dramatis. Bukan berbentuk hafalan, bukan sebuah
formalitas atau sekedar ritual, seremonial atau
sekedar menjalankan kebiasaan tanpa makna,
padahal hati sebenarnya sedang tidak tertuju pada-
NYA. Doa bukan pula sebuah ajang akting.
Berdoalah dengan polos seperti diri kita sendiri.
Tidak perlu meniru gaya orang lain, apalagi pura-
pura. YESUS KRISTUS mengenal setiap pribadi
anak-anak-NYA, TUHAN YESUS mengetahui
apa yang menjadi beban hidup kita, dan TUHAN
YESUS siap menjawab setiap doa yang
disampaikan dengan jujur dari hati yang bersih

No comments:

Post a Comment