Saturday, June 22, 2013

bersitegang leher

Amsal 29 : 1 — “ Siapa bersitegang
leher, walaupun
telah mendapat teguran, akan
sekonyong-konyong
diremukkan tanpa dapat dipulihkan
lagi.”
Ada orang yang legowo atau
menerima dengan jiwa
besar ketika ditegur, tapi banyak
yang segera
tersinggung, merasa harga dirinya
diinjak. Rasa
sakit hati hingga dendampun langsung
timbul,
yang kalau tidak dijaga akan
menimbulkan
keinginan untuk melakukan hal-hal
bodoh sampai
yang bisa berakibat fatal. Tipikal
seperti ini
biasanya akan sulit untuk diubahkan,
dan sering
dianggap sebagai bagian dari sifat
yang memang
tidak bisa diapa-apakan lagi. Tapi
apa benar
seperti itu? Rasanya tidak, karena
Alkitab dalam
banyak kesempatan mengingatkan
perlunya kita
menjaga hati agar tetap lembut dan
kepala agar
tidak bebal. Tapi apakah cukup
hanya dua bagian
tubuh itu saja?
Ternyata bukan hanya kepala dan
hati yang bisa
keras, karena Alkitab juga
menyebutkan satu lagi
yaitu leher. Lihatlah ayat ini : "Siapa
bersitegang
leher, walaupun telah mendapat
teguran, akan
sekonyong-konyong diremukkan tanpa
dapat
dipulihkan lagi." Amsal 29 : 1
Kata 'bersitegang leher' dalam versi
Bahasa Inggris
berbunyi "hardens his neck" alias
mengeraskan
leher. Dalam bahasa Inggris kata to
harden the
neck didefenisikan sebagai to grow
obstinate; to be
more and more perverse and
rebellious, yaitu suka
memaksakan opini (kukuh), bereaksi
berlebihan
dengan melawan arus dan
memberontak.
Ayat diatas memberikan peringatan
yang tegas dan
keras. Sebagian orang suka bersifat
naif bahwa
mereka bisa menunda-nunda untuk
mematuhi
peringatan TUHAN. Ada saja
alasannya. Mereka
pikir bisa sesukanya mengatur kapan
ingin
bertobat, merasa bahwa selalu ada
waktu untuk
terus bersenang-senang dahulu
melanggar
ketetapan TUHAN. Itu sangat keliru.
Salah besar jika mengira bahwa kita
dapat
mengabaikan pengarahan ROH
KUDUS sesuka
kita, dan kemudian mematuhinya
sesuka hati.
Bahkan dikalangan orang percaya
sekalipun tidak
sedikit yang berpikir keliru seperti ini.
Mereka
mungkin sadar bahwa tidak
melakukan hal yang
benar, tapi mereka berpikir untuk
membiarkan itu
buat sementara waktu, dan nanti pada
saatnya
mereka akan membereskannya dengan
TUHAN.
Jika anda memiliki pemikiran seperti
itu, berhati-
hatilah. Sebab firman TUHAN
berkata bahwa
siapa bersitegang leher, walaupun
telah mendapat
teguran, akan sekonyong-konyong
diremukkan
tanpa dapat dipulihkan lagi.
Ketika kita mendapat teguran lalu
memilih untuk
mengeraskan leher kita, mengabaikan
teguran itu
dan terus melanjutkan perbuatan-
perbuatan yang
melenceng dari Firman TUHAN, yang
terjadi
adalah hati kita bisa menjadi keras,
dari leher
menuju ke hati dan kepala. Bukan
karena
anugerah TUHAN tidak sampai
menjangkau kita,
bukan pula TUHAN menolak
mengampuni kita
jika kita berbalik pada-NYA, tapi
dosalah yang
sudah mengeraskan leher, hati dan
kepala kita
hingga kita tidak lagi dapat
mendengar suara-
NYA memanggil, mengingatkan dan
menegur kita.
Jika ini yang terjadi, tidaklah heran
apabila apa
yang disebutkan dalam 2 Timotius 3 :
13 — “
sedangkan orang jahat dan penipu
akan bertambah
jahat, mereka menyesatkan dan
disesatkan." bisa
terjadi. Terbiasa jahat akan membuat
orang akan
terus bertambah jahat. Tidak ada lagi
kontrol dan
kepekaan terhadap jebakan dosa.
Orang yang
terbiasa sesat akan semakin sesat,
saling
menyesatkan dan disesatkan.
Sebelum semuanya menjadi terlanjur
keras,
sebelum terlambat untuk diubah, mari
kita jaga
kepekaan dengan tidak bersitegang
leher,
melembutkan hati dan kepala. Ada
saatnya ketika
teguran yang terus dilanggar menutup
pintu
kesempatan untuk bertobat. Kalau
kita sampai
diremukkan sedemikian rupa sehingga
tidak bisa
dipulihkan lagi, penyesalan yang
datang pun akan
terlambat. Leher yang keras bukan
saja membuat
kita sulit menoleh ketika bertemu
dengan orang,
tapi bisa pula menjauhkan kita dari
keselamatan.
Suka bersitegang leher merupakan
salah satu
perilaku yang tidak diinginkan
TUHAN untuk
terjadi dalam diri kita. Sepintas
mungkin terlihat
sebagai hal yang lumrah, bahkan ada
yang
melakukannya karena ingin terlihat
hebat, punya
power dan tegas. Tapi Firman
TUHAN dalam
Amsal 29 : 1 sudah mengingatkan
akan
bahayanya, bahwa kelak apabila
tingkah itu terus
dipelihara, maka ada saatnya kita
diremukkan
tanpa bisa dipulihkan lagi. Mari kita
lihat contoh
dari sebuah bangsa yang seperti tidak
tahu
berterima kasih dan terus
mengeraskan
tengkuknya, yaitu bangsa Israel.
Bangsa Israel memang luar biasa
bandelnya.
Berkali-kali TUHAN menunjukkan
penyertaan-
NYA secara nyata, berkali-kali pula
mereka
menunjukkan sikap tidak tahu
berterimakasih dan
terus saja mengecewakan TUHAN.
Sudah
dibebaskan dari perbudakan malah
sinis karena
merasa sulit untuk melalui padang
gurun di alam
kemerdekaan. Diberikan tanah terjanji
yang begitu
subur dan melimpah susu dan
madunya bukannya
senang tapi malah pesimis.
Setelah menerima, mereka malah
merasa karena
mereka luar biasa hebatnya maka
mereka bisa
mendapatkan itu. Mereka bahkan
berani berpaling
dari TUHAN dan mengikuti yang
lain. Ini
menunjukkan bentuk sikap yang
sangat
keterlaluan. Seperti inilah bentuk
kekerasan
tengkuk orang Israel di masa itu.
Tidak salah jika
TUHAN kemudian marah kepada
mereka. Maka
TUHAN pun menghardik mereka
yang tidak
kunjung berubah. "Jadi ketahuilah,
bahwa bukan
karena jasa-jasamu TUHAN,
ALLAHmu,
memberikan kepadamu negeri yang
baik itu untuk
diduduki. Sesungguhnya engkau
bangsa yang tegar
tengkuk!" Ulangan 9 : 6
Beragam alasan akan mudah kita
jadikan
pembelaan atau pembenaran diri
untuk tidak
mematuhi TUHAN. Betapa pintarnya
kita dalam
merancang alasan. Masih muda,
belum waktunya,
sedang enak-enaknya menikmati
tawaran dunia,
ingin balas dendam kepada seseorang,
dan
sebagainya, itu kerap dipergunakan
untuk
menjustifikasi keengganan untuk
patuh kepada
TUHAN. Kita bisa saja melakukan
itu, tapi
ingatlah bahwa sepintar-pintarnya
kita mencari
alasan untuk tidak mematuhi
TUHAN,
ketidaktaatan tetaplah sebuah
ketidaktaatan, yang
akan merugikan kita sendiri.
Sangat baik jika kita mau menjadikan
sikap
bangsa Israel dan konsekuensi yang
harus mereka
tanggung sebagai pembelajaran. Kata
pepatah,
jangan bermain api, nanti bisa
terbakar. Jangan
main-main dengan dosa, karena sesal
kemudian
tidaklah berguna. Begitu hati kita
lumpuh, kita
pun akan habis sia-sia dalam
penyesalan tanpa
akhir.
Jika hari ini anda masih mendengar
teguran dan
peringatan TUHAN, jangan tunda
lagi untuk
segera berbalik, melakukan pertobatan
sebelum
semuanya terlambat. Jangan tegar
tengkuk, jangan
biarkan hati terus mengeras karena
itu akan
membangkitkan kemarahan TUHAN
seperti
halnya yang terjadi pada bangsa Israel
di jaman
Musa.
"Di mana nenek moyangmu mencobai
AKU dengan
jalan menguji AKU, sekalipun mereka
melihat
perbuatan-perbuatan-KU, empat
puluh tahun
lamanya. Itulah sebabnya AKU
murka kepada
angkatan itu, dan berkata: Selalu
mereka sesat
hati, dan mereka tidak mengenal
jalan-KU," Ibrani
3 : 9 - 10
Berbaliklah segera, mulailah untuk
hidup benar
dan saling menasihatilah satu sama
lain. "Tetapi
nasihatilah seorang akan yang lain
setiap hari,
selama masih dapat dikatakan "hari
ini", supaya
jangan ada di antara kamu yang
menjadi tegar
hatinya karena tipu daya dosa." Ibrani
3 : 13
Selagi masih ada "hari ini", selagi
masih ada
kesempatan, segeralah berubah.
TUHAN YESUS Memberkati.
Bersitegang Leher
Amsal 29 : 1 — “ Siapa bersitegang
leher, walaupun
telah mendapat teguran, akan
sekonyong-konyong
diremukkan tanpa dapat dipulihkan
lagi.”
Ada orang yang legowo atau
menerima dengan jiwa
besar ketika ditegur, tapi banyak
yang segera
tersinggung, merasa harga dirinya
diinjak. Rasa
sakit hati hingga dendampun langsung
timbul,
yang kalau tidak dijaga akan
menimbulkan
keinginan untuk melakukan hal-hal
bodoh sampai
yang bisa berakibat fatal. Tipikal
seperti ini
biasanya akan sulit untuk diubahkan,
dan sering
dianggap sebagai bagian dari sifat
yang memang
tidak bisa diapa-apakan lagi. Tapi
apa benar
seperti itu? Rasanya tidak, karena
Alkitab dalam
banyak kesempatan mengingatkan
perlunya kita
menjaga hati agar tetap lembut dan
kepala agar
tidak bebal. Tapi apakah cukup
hanya dua bagian
tubuh itu saja?
Ternyata bukan hanya kepala dan
hati yang bisa
keras, karena Alkitab juga
menyebutkan satu lagi
yaitu leher. Lihatlah ayat ini : "Siapa
bersitegang
leher, walaupun telah mendapat
teguran, akan
sekonyong-konyong diremukkan tanpa
dapat
dipulihkan lagi." Amsal 29 : 1
Kata 'bersitegang leher' dalam versi
Bahasa Inggris
berbunyi "hardens his neck" alias
mengeraskan
leher. Dalam bahasa Inggris kata to
harden the
neck didefenisikan sebagai to grow
obstinate; to be
more and more perverse and
rebellious, yaitu suka
memaksakan opini (kukuh), bereaksi
berlebihan
dengan melawan arus dan
memberontak.
Ayat diatas memberikan peringatan
yang tegas dan
keras. Sebagian orang suka bersifat
naif bahwa
mereka bisa menunda-nunda untuk
mematuhi
peringatan TUHAN. Ada saja
alasannya. Mereka
pikir bisa sesukanya mengatur kapan
ingin
bertobat, merasa bahwa selalu ada
waktu untuk
terus bersenang-senang dahulu
melanggar
ketetapan TUHAN. Itu sangat keliru.
Salah besar jika mengira bahwa kita
dapat
mengabaikan pengarahan ROH
KUDUS sesuka
kita, dan kemudian mematuhinya
sesuka hati.
Bahkan dikalangan orang percaya
sekalipun tidak
sedikit yang berpikir keliru seperti ini.
Mereka
mungkin sadar bahwa tidak
melakukan hal yang
benar, tapi mereka berpikir untuk
membiarkan itu
buat sementara waktu, dan nanti pada
saatnya
mereka akan membereskannya dengan
TUHAN.
Jika anda memiliki pemikiran seperti
itu, berhati-
hatilah. Sebab firman TUHAN
berkata bahwa
siapa bersitegang leher, walaupun
telah mendapat
teguran, akan sekonyong-konyong
diremukkan
tanpa dapat dipulihkan lagi.
Ketika kita mendapat teguran lalu
memilih untuk
mengeraskan leher kita, mengabaikan
teguran itu
dan terus melanjutkan perbuatan-
perbuatan yang
melenceng dari Firman TUHAN, yang
terjadi
adalah hati kita bisa menjadi keras,
dari leher
menuju ke hati dan kepala. Bukan
karena
anugerah TUHAN tidak sampai
menjangkau kita,
bukan pula TUHAN menolak
mengampuni kita
jika kita berbalik pada-NYA, tapi
dosalah yang
sudah mengeraskan leher, hati dan
kepala kita
hingga kita tidak lagi dapat
mendengar suara-
NYA memanggil, mengingatkan dan
menegur kita.
Jika ini yang terjadi, tidaklah heran
apabila apa
yang disebutkan dalam 2 Timotius 3 :
13 — “
sedangkan orang jahat dan penipu
akan bertambah
jahat, mereka menyesatkan dan
disesatkan." bisa
terjadi. Terbiasa jahat akan membuat
orang akan
terus bertambah jahat. Tidak ada lagi
kontrol dan
kepekaan terhadap jebakan dosa.
Orang yang
terbiasa sesat akan semakin sesat,
saling
menyesatkan dan disesatkan.
Sebelum semuanya menjadi terlanjur
keras,
sebelum terlambat untuk diubah, mari
kita jaga
kepekaan dengan tidak bersitegang
leher,
melembutkan hati dan kepala. Ada
saatnya ketika
teguran yang terus dilanggar menutup
pintu
kesempatan untuk bertobat. Kalau
kita sampai
diremukkan sedemikian rupa sehingga
tidak bisa
dipulihkan lagi, penyesalan yang
datang pun akan
terlambat. Leher yang keras bukan
saja membuat
kita sulit menoleh ketika bertemu
dengan orang,
tapi bisa pula menjauhkan kita dari
keselamatan.
Suka bersitegang leher merupakan
salah satu
perilaku yang tidak diinginkan
TUHAN untuk
terjadi dalam diri kita. Sepintas
mungkin terlihat
sebagai hal yang lumrah, bahkan ada
yang
melakukannya karena ingin terlihat
hebat, punya
power dan tegas. Tapi Firman
TUHAN dalam
Amsal 29 : 1 sudah mengingatkan
akan
bahayanya, bahwa kelak apabila
tingkah itu terus
dipelihara, maka ada saatnya kita
diremukkan
tanpa bisa dipulihkan lagi. Mari kita
lihat contoh
dari sebuah bangsa yang seperti tidak
tahu
berterima kasih dan terus
mengeraskan
tengkuknya, yaitu bangsa Israel.
Bangsa Israel memang luar biasa
bandelnya.
Berkali-kali TUHAN menunjukkan
penyertaan-
NYA secara nyata, berkali-kali pula
mereka
menunjukkan sikap tidak tahu
berterimakasih dan
terus saja mengecewakan TUHAN.
Sudah
dibebaskan dari perbudakan malah
sinis karena
merasa sulit untuk melalui padang
gurun di alam
kemerdekaan. Diberikan tanah terjanji
yang begitu
subur dan melimpah susu dan
madunya bukannya
senang tapi malah pesimis.
Setelah menerima, mereka malah
merasa karena
mereka luar biasa hebatnya maka
mereka bisa
mendapatkan itu. Mereka bahkan
berani berpaling
dari TUHAN dan mengikuti yang
lain. Ini
menunjukkan bentuk sikap yang
sangat
keterlaluan. Seperti inilah bentuk
kekerasan
tengkuk orang Israel di masa itu.
Tidak salah jika
TUHAN kemudian marah kepada
mereka. Maka
TUHAN pun menghardik mereka
yang tidak
kunjung berubah. "Jadi ketahuilah,
bahwa bukan
karena jasa-jasamu TUHAN,
ALLAHmu,
memberikan kepadamu negeri yang
baik itu untuk
diduduki. Sesungguhnya engkau
bangsa yang tegar
tengkuk!" Ulangan 9 : 6
Beragam alasan akan mudah kita
jadikan
pembelaan atau pembenaran diri
untuk tidak
mematuhi TUHAN. Betapa pintarnya
kita dalam
merancang alasan. Masih muda,
belum waktunya,
sedang enak-enaknya menikmati
tawaran dunia,
ingin balas dendam kepada seseorang,
dan
sebagainya, itu kerap dipergunakan
untuk
menjustifikasi keengganan untuk
patuh kepada
TUHAN. Kita bisa saja melakukan
itu, tapi
ingatlah bahwa sepintar-pintarnya
kita mencari
alasan untuk tidak mematuhi
TUHAN,
ketidaktaatan tetaplah sebuah
ketidaktaatan, yang
akan merugikan kita sendiri.
Sangat baik jika kita mau menjadikan
sikap
bangsa Israel dan konsekuensi yang
harus mereka
tanggung sebagai pembelajaran. Kata
pepatah,
jangan bermain api, nanti bisa
terbakar. Jangan
main-main dengan dosa, karena sesal
kemudian
tidaklah berguna. Begitu hati kita
lumpuh, kita
pun akan habis sia-sia dalam
penyesalan tanpa
akhir.
Jika hari ini anda masih mendengar
teguran dan
peringatan TUHAN, jangan tunda
lagi untuk
segera berbalik, melakukan pertobatan
sebelum
semuanya terlambat. Jangan tegar
tengkuk, jangan
biarkan hati terus mengeras karena
itu akan
membangkitkan kemarahan TUHAN
seperti
halnya yang terjadi pada bangsa Israel
di jaman
Musa.
"Di mana nenek moyangmu mencobai
AKU dengan
jalan menguji AKU, sekalipun mereka
melihat
perbuatan-perbuatan-KU, empat
puluh tahun
lamanya. Itulah sebabnya AKU
murka kepada
angkatan itu, dan berkata: Selalu
mereka sesat
hati, dan mereka tidak mengenal
jalan-KU," Ibrani
3 : 9 - 10
Berbaliklah segera, mulailah untuk
hidup benar
dan saling menasihatilah satu sama
lain. "Tetapi
nasihatilah seorang akan yang lain
setiap hari,
selama masih dapat dikatakan "hari
ini", supaya
jangan ada di antara kamu yang
menjadi tegar
hatinya karena tipu daya dosa." Ibrani
3 : 13
Selagi masih ada "hari ini", selagi
masih ada
kesempatan, segeralah berubah.

No comments:

Post a Comment